Rabu, 22 Desember 2010

Macam-Macam Kajian Prosa

Telaah atau kajian sastra dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui dan memahami apa yang ada di dalam karya sastra dan mengapa begitu. Ketika membaca suatu karya sastra diharapkan pembaca tidak hanya sampai pada sekadar tahu ceritanya melainkan harus sampai pula pada “nilai-nilai” apa yang dapat diperoleh dari karya sastra tersebut dan dapat menerima “keindahan” dan “daya tarik” setiap karya sastra yang dibacanya itu.
Berdasarkan objek telaahnya, telaah/kajian sastra dapat dibedakan atas:

A. Unsur Instrinsik
Kajian yang sasarannya berupa unsur-unsur pembangun karya sastra dari dalam. Arah kajian ini ialah pada keberadaan karya sastra sebagai struktur verbal otonom atau objek yang mandiri atau dunia yang lengkap dan selesai dalam dirinya sendiri (self object; world-in-itself). Telaah ini disebut juga kajian objektif.
B. Unsur Ekstrinsik
Kajian yang sasarannya berupa unsur-unsur pembangun karya sastra dari luar. Arah kajian ini dapat pada:
  • keberadaan karya sastra sebagai imitasi, refleksi dunia atau kehidupan manusia (sisebut kajian mimesis)
  • sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek tertentu pada pembaca, baik estetis maupun etis (disebut kajian pragmatik)
  • sebagai produk imajinasi pengarang yang berpangkal pada persepsi, cipta, rasa, dan karsanya (disebut kajian ekspresif)

Berdasarkan pendekatannya, kajian sastra dapat dibedakan atas:
  1. Kajian Historis-Biografis : Telaah ini berangkat dari anggapan bahwa karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan dan zaman yang dialami pengarang. Atas dasar itu, kajian ini lebih diarahkan pada adanya kesesuaian atau tidak—atau seberapa banyak kejadian atau peristiwa-peristiwa tertentu ada atau mempengaruhi suatu karya sastra.
  2. Kajian Moral-Filosofis : Kajian ini berpangkal dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu merupakan media menyampaikan nilai-nilai, ajaran-ajaran religi maupun falsafah. Dengan demikian, arah telaah ini lebih ditujukan kepada upaya menemukan nilai-nilai moral atau pendidikan yang terdapat di dalam suatu karya sastra.
  3. Kajian Formalitas : Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu terdiri dari bentuk dan isi. Yang dimaksud dengan bentuk ialah semua unsur yang dimanfaatkan untuk menyampaikan isi. Sementara itu yang dimaksud dengan isi ialah segala hal yang terdapat di dalam bentuk. Bertolak dari pikiran itu, sasaraan telaah lebih ditujukan kepada bagaimana bentuk karya sastra yang ditelaah tersebut dan apa yang hendak disampaikan oleh karya sastra bersangkutan.
  4. Kajian Strukturalisme : Telaah ini berangkat dari dasar pendapat bahwa karya sastra itu merupakan sebuah sistem. Setiap unsur pembangun karya sastra itu berkait dengan unsur lain. Masing-masing unsur hanya bermakna dalam keterkaitannya dengan unsur lain. Dengan dasar itu, arah telaah ini ditujukan untuk melihat bagaimana keterkaitan atau jalinan antarunsur pembangun karya sastra yang ditelaah tersebut.
  5. Kajian Semiotis : Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa sastra itu merupakan salah satu sistem tanda yang bermakna yang menggunakan medium bahasa. Sementara itu bahasa sendiri sebenarnya juga mempunyai sistem tanda yang bermakna. Oleh karena itu, maka sastra dikatakan sebagai sistem tanda sekunder sedangkan bahasa sebagai sistem tanda primer. Dalam memahami sastra dengan pendekatan semiotik, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa arti yang dapat diungkapkan dari sastra bukan semata-mata datang dari konvensi sastra, tetapi untuk memahami sastra pembaca harus memahami kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya.
  6. Kajian Sosiologis : Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa ada keterkaitan antara sastra dan masyarakat. Atas dasar itu, kajian sosiologis biasanya lebih diarahkan kepada (misal) sejauh mana sastra mencerminkan kehidupan masyarakat pada saat karya sastra itu muncul, apa fungsi karya sastra itu bagi masyarakat, dan bagaimana dampak karya sastra itu bagi masyarakat pembacanya.
  7. Kajian Resepsi Estetika : Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa yang menentukan makna karya sastra itu adalah pembaca. Respon pembaca sangat ditentukan oleh pengetahuannya mengenai sastra, latar belakang pendidikannya, budayanya, keyakinannya, dan sebagainya. Dengan demikian, maka hasil kajian seseorang terhadap suatu karya sastra dapat berubah-ubah. Jadi, berdasarkan pendekatan ini sebuah teks tidak memiliki arti objektif.
  8. Kajian Psikologis :Telaah/kajian ini memiliki 4 kemungkinan:
  • studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi
  • studi proses kreatif
  • studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra
  • studi dampak karya sastra pada pembaca (psikologi pembaca)
Check it out !!!

Selasa, 21 Desember 2010

Menenal Resensi

Pada dasarnya, keterampilan menulis resensi tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Selain itu, menulis resensi merupakan suatu proses perkembangan. Seperti halnya, dengan kegiatan menulis pada umumnya, menulis resensi menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, dan keterampilan- keterampilan khusus, serta pengajaran langsung menjadi seorang peresensi.
Dalam menulis resensi, peresensi perlu memperhatikan pola tulisan resensi. Ada tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas. Meringkas (sinopsis) berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas. Menjabarkan berarti mendeskripsikan hal-hal menonjol dari sinopsis yang sudah dilakukan. Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian dikutip.
Mengulas berarti menyajikan ulasan sebagai berikut: (1) isi pernyataan atau materi buku sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diinterpretasikan, (2) organisasi atau kerangka buku, (3) bahasa, (4) kesalahan cetak, (5) komparasi dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun pengarang lain, dan (6) menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku terutama keunggulan dan kelemahan buku (Samad, 1997:5—6).
Hakikat Resensi
Dunia perbukuan di tanah air semakin marak pada tahun-tahun terakhir. Para penulis, baik yang sudah profesional maupun pemula, berlomba-lomba untuk mengirimkan tulisannya ke penerbit. Beberapa penerbit pun tidak segan-segan untuk mengumumkan secara terbuka akan kebutuhannya terhadap naskah. Perkembangan aktivitas perbukuan pun dibarengi dengan perkembangan media massa.
Media massa berani memberikan ruang untuk para pembaca yang ingin menuangkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kolom surat pembaca, artikel, dan opini untuk edisi harian. Sedangkan tiap minggu tersedia kolom cerpen, humor, dan resensi. Hal ini tentunya merupakan pertanda budaya menulis di Indonesia mulai tumbuh dan berkembang.
Akan tetapi, perkembangan budaya menulis di tanah air belum sepenuhnya dibarengi dengan budaya membaca. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengetahui dan memahami pentingnya membaca. Hal ini seolah menjadi dua sisi mata uang. Namun, dari sudut pandang lain akan menjadi sebuah simbiosis mutualisme antara budaya menulis dengan budaya membaca.
Mengapa bisa dikatakan seperti itu? Dunia perbukuan yang ramai memberi peluang banyaknya buku yang diterbitkan dengan tema serupa. Hal tersebut akan mengakibatkan masyarakat pembaca kebingungan untuk membeli dan membaca buku-buku tersebut. Di sinilah letak hubungan yang saling menguntungkan tersebut. Para penulis yang peduli dengan keadaan ini berusaha untuk memecahkan masalah tersebut dengan menyusun resensi. Bentuk tulisan resensi akan sangat membantu para pembaca yang kebingungan ingin memilih, membeli, atau sekedar membaca buku-buku yang terbit tersebut.
Resensi merupakan salah satu bentuk tulisan jurnalistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memberi pertimbangan kepada pembaca mengenai sebuah buku yang baru diterbitkan. Secara sederhana, resensi dapat dianggap sebagai bentuk tulisan yang merupakan perpaduan antara ringkasan dan ikhtisar berisi penilaian, ringkasan isi buku, pembahasan, atau kritik terhadap buku tersebut. Bentuk tulisan ini bergerak di subyektivitas peresensinya dengan bekal pengetahuan yang dimilikinya tentang bidang itu. Resensi memiliki bagian-bagian penting di dalamnya, diantaranya judul resensi, identitas buku, bagian pembuka resensi yang memaparkan kepengarangan, tema, golongan buku, isi atau tubuh resensi yang memaparkan ikhtisar, ulasan serta kutipan, dan kelemahan juga kelebihan buku, dan bagian penutup.
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere yang artinya melihat kembali, menimbang atau menilai. Arti yang sama untuk istilah tersebut dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie. Tiga istilah tersebut mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas sebuah buku.
Merujuk pada pengertian secara istilah tersebut, WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mendefinisikan resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Perbincangan buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah. Pendapat ini diperkuat oleh Samad (1997:1) yang menyatakan bahwa tindakan meresensi buku dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku,
membahas, atau mengritik buku.
Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Saryono (1997:56) mengenai definisi resensi, yaitu sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya , benar-salahnya, argumentatif- tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi resensi, dapat disimpulkan bahwa resensi adalah suatu karangan atau tulisan yang mencakup judul resensi, identitas buku, pembukaan dengan memaparkan kepengarangan, tema, golongan buku, isi atau tubuh resensi yang memaparkan ikhtisar, ulasan serta kutipan, dan kelemahan juga kelebihan buku, dan penutup kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca, dimiliki, atau dibeli.
Check it out !!!

Kamis, 09 Desember 2010

Definisi Artikel

Artikel mmerupakan karya tulis lengkap, misalnya laporan berita, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66), atau bisa juga sebuah karangan/prosa yang di muat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005:84).
Ada beberapa pengertian lain dari artikel:
Artikel merupakan karya tulis atau karangan, karangan non fiksi, karangan tak tentu panjangnya, karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur, sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dsb, wujud karangan berupa berita atau “kharkas” (Pranata 2002: 120)
Jenis-jenis berdasarkan dari siapa yang menulis dan fungsi atau kepentingannya (Tartono 2005: 85-86). Berdasarkan penulisnya, ada artikel redaksi dan artikel umum. Artikel redaksi ialah tulisan yang di garap oleh redaksi dibawah tema tertentu yang menjadi isi penerbit. Sedangkan artikel umum merupakan tulisan yang ditulis oleh umum. Sedangkan dari fungsinya atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi. Sedangka artikel sponsor ialah artikel yang membahas atau memperkenalkan sesuatu.
Pada dasarnya, ada beberapa jenis model penulisan artikel. Model-model tersebut bisa di kelompokkan kepada tingkat kerumitannya. Model yang paling mudah ialah model penulisan populer. Tulisan populer biasanya tulisan ringan yang tidak “njelimet” atau rumit dan bersifat hiburan. Selain itu, bahasa yang digunakan juga cenderung bebas (perhatikan, misalnya bahasa yang digunakan di majalah). Model yang paling sulit ialah penulisan ilmiah. Model ini mensyaratkan  objektivitas dan kedalaman pembahasan, dukungan informasi yang relevan,  dan  biasa yang di harapkan menjelaskan “ mengapa” atau “bagaimana” suatu perkara itu terjadi, tanpa pandang bulu dan eksak (Soesono 1982 :2). Dari aspek bahasa, tentu saja tulisan ilmiah mensayaratkan bahasa yang baku,  ada satu model penulisan yang berada di tengah-tengahnya. Model tersebut di kenal dengan penulisan ilmiah populer dan merupakan perpaduan penulisan populer dan ilmiah. Istilah ini mengacu pada tulisan yang bersifat ilmiah, namun di sajikan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti (Soesono 1982:6 Creste 2005 : 171). Meskipun bersifat ilmiah (karena memakai metode ilmiah), bukan berarti tulisan yang di hasilkan di tujukan kalangan akode misi. Sebaliknya, artikel ilmiah populer di tujukan kepada para pembaca umum, dan kita perlu membedakan antara kosakata ilmiah dan populer. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang akan di pakai dalam komunikasi sahari-hari, sedangkan kata-kata yang biasa di pakai oleh  kaum pelajar terutama dalam penulisan ilmiah, pertemuan-peretmuan resm, diskusi-diskusi khusus disebut kata-kata ilmiah (Kepaf 2004 : 105-106).
Langkah-langkah dalam menulis artikel:
  • Menguji gagasan
Prinsip paling dasar dari  melakukan kegiatan menulis adalah menentukan atau memasatikan topik atau gagasan apa yang hendak di bahas. Jika, sudah di tentukan gagasannya, kita bisa melakukan sejumlah pengujian.
(georgina dalam Pranata 2002:124;band nadeak 1989:44)
  • Pola penggarapan artikel
Ketika hendak menulis artikel, kita tidak hanya diperhadapkan pada satu kemungkinan. Soesono (1982:16-17) memaparkan setidaknya lima pola yang bisa di gunakan untuk menyajikan artikel tersebut. Pola pemecahannya antara lain:
  • Pola pemecahan topik :
 Pola ini untuk memcah  topik yang masih berada dalam lngkup pembicaraan yang menjadi subtopik / bagian yang lebih sempit ligkupnya kemudian di analisa.Pola dan pemecahannya : pola ini lebih da hulu mengemukakan masalah yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan yang diberi dengan jelas. Kemudian menganalisa pemecahan masalah yang di kemukakan.
  • Pola kronologi : pola ini menggambarkan topik yang menurut urut-urut dan peristiwa yang terjadi.
  • Pole pendapat : pola ini bisa di pakai jika penulis yang bersangkutan hendak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang  topik yang di kerjakan.
  • Pola perbandingan : pola ini membandingkan dua aspek atau lebih dari suatu topik dan menunjukkan persamaan dan perbedaannya. Pola pembandingan paling sering di gunkan untuk menyusun tulisan.
Menulis bagian pendahuluan
Untuk bagian pendahuluan, ada tujuh macam bentuk pendahuluan yang bisa digunakan (Soesono 1982 : 42).  Dengan dari tujuh bentuk pendahuluan dapat menjadi alternatif untuk mengawali penulisan artikel.
  • Ringkasan
Pendahuluan yang berbentuk ringkasan mengemukakan isi tulisan secara garis besar
  • Pernyataan yang menonojol
Pertanyaan yang berisi tentang ketertarikan atau kekaguman agar bertujuan untuk membuat pembaca merasa tertarik
  • Pelukisan
Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian, atau hal untuk membuat pembaca ingin tahu / ikut membayangkan bersama penilisan apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel.
  • Anekdot
Pembukaan jenis ini menawan karena memberi selingan kepada non fiksi seolah-olah menjadi fiksi
  • Pertanyaan
Pendahuluan ini memberikan rangsangan keingintahuan sehingga dianggap pendahuluan yang bagus / baik.
  • Kutipan orang lain
Pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat langsung menyentuh rasa si pembaca, sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam artikel itu
  • Amanat langsung
Pendahuluan berbentuk amanat langsung kepada pembaca agar akan terasa lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada perorang-orangan.
Menulis bagian pembahasan atau  tubuh utama
Untuk ini di sarankan bagiannya di pecah menjadi beberapa bagian masing-masing di batasi dengan subjudul-subjudul. Selain memberi kesempatan agar pembaca beristirahat sejeak.  Subjudul itu juga bertugas sebagai  penyegar, pemberi semangat baca yang baru (Soesono 1982: 46). Oleh karena itu, ada baiknya subjudul tidak di tulis secara kaku.
Menutup artikel
Dalam sebuah artikel bagian yang menentukan adalah penutup. Bagian ini biasanya memuat simpulan dari isi tulisan secara keseluruhan,  bisa saja berupa saran, imbalan, ajakan dan sebagainya (Tartono 2005:88)
Pemeriksaan isi artikel
Ketika selesai menulis artikel, hal selanjutnya yang perlu kita lakukan ialah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Untuk memastikan bahwa tulisan yang kita hasilkan kita baik, kita harus rajin memeriksa tulisan kita. Untuk  memudahkan mengoreksikan artikel, beberapa pertanyaan dapat membantu kita dalam menjawab (Pranata 2002:129-130)
Untuk pembukaan, misalnya apakah kalimat pembuka bisa menarik pembaca? Dapatkah pembaca mulai mengerti ide yang kita tuangkan ? jika tulisan kita cenderung serius, adakah kata-kata yang tidak sepantasnya dikatakan?
Untuk isi / tubuh, apakah kalimat mendukung sudah benar-benar mendukung pembukaan ?  apakah masing-masing kalimat berhubungan dengan ide pokok ? dan lain lain.
Untuk kesimpulan, apakah mencangkup semua ide tulisan ? bagaimana sikap / tindakan kita terhadap kata-kata dalam kesimpulan yang di buat ?
Jika kita memberikan respon “tidak” untuk tiap pertanyaan, berarti kita perlu mengecek / merevisi ulang artikel dengan mengganti dan menulis bagian yang salah.
Check it out !!!

Selasa, 07 Desember 2010

Contoh Pembuka Berita Di TV

  1. Liputan6 Malam SCTV 26-11-2010 :
Saudara bagi anda yang masih belum tidur atau sibuk online dan berchating-chating hingga tengah malam ini saya Jeremi Teti menemani anda gengan sejumlah liputan dari dalam negri dan manca negara, ada laporan album baru George Groban. Saudara inilah liputan6 malam selengkapnya.

  1. Redaksi Malam Trans7 07-12-2010 :
Salam jumpa, redaksi malam awal pecan hadir dengan informasi terpilih sepanjang hari ini. Saya Juanita Maharani berikit informasi pertama.

  1. Seputar Indonesia Siang RCTI 07-12-2010 :
Hallo pemirsa, ruang informasi anda siang hari ini akan kami sugukan ratusan TKI terluntah-luntah di kolong jembatan di Arab Saudi. Saya Gustav Aulia inilah seputar Indonesia siang.

  1. Global Malam GlobalTV 27- 11- 2010
Selamat malam saudara, saya Risca Indah selama satu jam kedepan dengn informasi pilihan dari berbagi daerah inilah global malam untuk anda.

  1. Reportase Sore TransTV 07-12-2010
Selamat sore, Reportase Sore liburan hadir menemani anda saya Zulfikar Naghi dan saya Anisa Sulandana. informasi penting dan menarik telah kami siapkan untuk anda.

  1. Liputan6 Siang SCTV 19-11-2010 :
Selamat siang saudara, kembali liputan6 siang hadiar menghantarkan informasi aktual daintaranya, masyarakat berunjuk rasa di kedutaan Arab Saudi di Jakarta menuntut tindakan tegas terhadap penyiksa TKW Sumiati, di Seleman tim SAR mulai menggunakan alat berat mencari korban letusan Merapi yang tertimbun material vulkanik. Saya Juanita Wiratmaja, dan inilah liputan6 siang.

  1. Sigi SCTV 03-11-2010 :
Apakabar saudara, sigi infestigasi kembali menjumpai anda. Setiap tahunyahampir Rp.60.000.000.000.000 pajak dari cukai rokok yang didapat pemerintah, gurihnya bisnis rokok mengantarkan pemilik pabrik rokok kederetan orang terkaya di dunia , tetapi mengapa petani tembakau tidak bias merasakan keuntungan, apa peyebabnya?, dan apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menolong harkat hidup petani tembakau. Inilah sigi infestigasi selengkapnya.

  1. Buser SCTV 19-11-2010 :
Selain cuplikan pencurian universitas gunadarma masih ada sejumlah informasi lain diantaranya 3 orang tewas, dan 2 orang kritis usai pesta miras oplosan, serta kasus pembunuhan buruh peternak ayam di Probolinggo Jawa Timur di kupas dalam segmen buser. Saudara inilah segmen buser selengkapnya bersama saya Artika Racman.

  1. Liputan6 Petang SCTV 19-11-2010 :
Selamat sore saudara, kami sudah menyiapkan sejumlah laporan actual untuk anda salah satunya menyusul menurunya aktifitas gunung merapi zona bahaya gunung merapi hari ini diturunkan, selain itu juga ada informasi menrik mengenai adu kreatif para guru menerapkan teknik belajar yang efektif dan mengasikan. Saya Juanita Wiratmaja, dan inilah liputan6 petang selengkapnya.
Check it out !!!

Jumat, 03 Desember 2010

Bahasa Indonesia di Mata Dunia

Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada individu lain atau lebih. baik itu secara lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar dan sudah menjadi aksioma. Satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh. Bahkan saat tidur pun terkadang kita tanpa sadar menggunakan bahasa.
Sebuah bangsa pasti memiliki bahasa, walaupun ada beberapa bangsa yang meminjam bahasa dari bangsa lain. Kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia sangat beruntung memiliki bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu Riau. Akan tetapi, sekarang bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia, dan bahasa Melayu adalah bahasa Melayu, dua bahasa yang serumpun tapi tidak sama. Bahasa Indonesia berkembang dengan sendirnya sesuai dengan aturannya, dan bahasa Melayu berdiri sendiri menuju perkembangannya. Setujukah Anda bila bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu?
Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia bukanlah bermaksud atau bersikap seperti “kacang yang lupa akan kulitnya”, melupakan bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia. Mungkin tanpa bahasa Melayu, bahasa Indonesia tidak akan pernah ada. Akan tetapi, kita ingin memposisikan bahasa Indonesia pada posisinya, seperti yang telah termaktub dalam Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda mengikrarkan tiga hal yang sakral dalam sejarah dan proses kemerdekaan Indonesia, satu diantaranya adalah “Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Menjunjung berarti menurut, menaati dan memuliakan (KBBI). Menjunjung tinggi bahasa Indoensia, berarti menaati dan memuliakan bahasa Indonesia sebagai bahasa peratuan dan nasional Indonesia. Demikianlah sumpah yang diikrarkan oleh pemuda-pemudi bangsa Indonesia pada tahun 1928. Bagaimana dengan pemuda-pemudi Indonesia sekarang??
Melihat kondisi pemakai bahasa Indonesia sekarang, sepertinya cape deh harus menggunakan bahasa Indonesia yang berkelit dan selalu berpedoman kepada yang baik dan benar.
Yang penting apa yang ingin kita sampaikan orang mengerti dan paham, mau pake bahasa campur aduk kek, saya mau pake bahasa Indonesia campur bahasa Inggris kek,campur lagi dengan bahasa daerah kek, toh yang baca juga paham. Cape deh, please dong jangan diperbesar masalah-masalah kecil kayaki gini”.
Benar dan pantaskah bila kita sebagai pemilik bahasa Indonesia berasumsi demikian? Masyarakat Indonesia pada umumnya dwibahasawan. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa seenaknya mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain tanpa mengindahkan aturan dan kaidah yang ada. Bersikap positiflah terhadap bahasa Indonesia, karena bahasa yang kita gunakan menunjukkan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia. Jepang dan Prancis adalah contoh negara yang sangat taat dan menghargai bahasanya sendiri.
Pernahkah kita berpikir bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa peradaban dunia?
Bukan hal yang mustahil bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa perdaban dunia, bahasa yang digunakan sebagai bahasa internasional. Dilihat dari struktur dan pembacaan bahasa Indonesia yang sangat sederhana, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tidak sulit untuk dipelajari. Suatu bukti yang meyakinkan bila esok bahasa Indonesia akan menjadi bahasa peradaban dunia, lebih dari 50 negara di Dunia telah mempelajari dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai satu diantara mata pelajaran di sekolah mereka. Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia harus banggga karena bahasa kita dipelajari bangsa lain. Mengapa kita harus belajar bahasa asing, bila bahasa kita kelak mampu menjadi bahasa Internasional dan bahasa peradaban dunia?
Jawaban dari pertanyaan tersebut ada pada diri kita sebagai pemilik dan pengguna bahasa Indonesia. Kita harus konsisten dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebenarnya tidak sulit, yang membuat sulit karena kita telah terbiasa dengan kesalahan yang ada dan selalu cape’ untuk mempelajarinya dengan segala kerendahan hati. Kita selalu beranggapan, “untuk apa mempelajari bahasa Indonesia, bukankah kita orang Indonesia yang secara otomatis mengerti menggunakan bahasa Indonesia”. Bilamana pendapat ini terus berkembang, pupus sudah harapan kita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perdaban dunia.
Hidup bahasa Indonesia!
Check it out !!!

Kajian Novel Larasati

 
Check it out !!!

Kamis, 02 Desember 2010

Penyair

Binhard Nurrohmat pernah menulis ”Jika diadakan sensus maka rekor tertinggi jumlah penulis sastra kita selama ini adalah penyair. Makhluk yang satu ini begitu populer, sarat legenda serta mitos dalam dunia penulisan sastra kita selama ini, dibandingkan makhluk lain bernama novelis maupun kritikus."

Penyair selalu dianggap representasi yang paling lazim dari kesusastraan atau mungkin juru bicara kebudayaan. Sebenarnya makhluk macam apakah penyair itu? Menurut Saini KM, "Penyair itu adalah ia yang berumah di sebuah kuil di tengah hutan. Ia merupakan kayu dalam pembakaran, Ia pergi pada inti kehidupan”.

Wayan Sunarta menganggap penyair sebagai penyusun kata-kata yang sedang menenun dunia dan kehidupan untuk dirinya dan pembaca. Puisi menurutnya adalah ular kundalini yang bersemayam dalam diri setiap manusia. Adalah anugerah yang tidak ternilai. Membaca puisi dalam diri adalah membaca semesta kehidupan. Mencintai puisi adalah mencintai kehidupan. Sebab kehidupan adalah puisi yang sesungguhnya. Sutardji Calsum Bachri bahkan mengutip ayat Al-Quran untuk menjelaskan betapa mulianya kedudukan Penyair. Katanya, QS As-Syuaara secara tepat mendefinisikan profesi penyair, "Mereka terus mengembara di tiap-tiap lembah dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya."

Jagad kepenyairan Indonesia saat ini sangat menarik untuk dicermati. Ratusan bahkan ribuan nama baru terus bermunculan. Ribuan teks terus ditulis dan berhamburan ke berbagai kolom sastra di koran, majalah, dan buku-buku antologi puisi. Pilihan lainnya adalah radio dan internet.


Setiap hari di Indonesia puisi-puisi berhamburan dengan nama penyair yang berjumlah ratusan. Di antaranya ada yang mengejutkan dan ada yang mampu menghentak perhatian. Tak terhitung dari mereka dimuat di media massa cetak. Sebahagian kecil di internet. Jumlah paling banyak tersebar dari kalangan remaja. Namun lebih banyak yang memilih bersembunyi di sela-sela buku harian ketimbang memproklamirkan diri sebagai penyair. Jenis makhluk yang terakhir bisa ditebak adalah mereka yang pemalu tapi siapa tahu sebenarnya potensial lebih layak disebut sebagai penyair?

Lalu yang manakah sebagai mainstream puisi mutakhir Indonesia? Mungkin hal yang lazim meski pongah bila seseorang merasa sudah berhasil setelah puisinya dimuat satu media atau telah mendapat legitimasi dari komunitas-komunitas tertentu dan merasa gagal bila tak ada satu media pun yang memuatnya. Di satu sisi, koran dan kemunitas tertentu juga telah mematahkan idealisme kerja kreatif yang difference. Mungkin saja akibatnya tak lama lagi peta perjalanan sejarah perpuisian tanah air kembali ke titik nadir. Namun ribuan penyair itu pasti tak akan tinggal diam. Sebenarnya mereka adalah makhluk pilihan yang menyusun tatanan dunia melalui kata. Meski ada yang menyebut dirinya sebagai sekedar penyair rombeng, penyair kampung, penyair teri dan sebagainya. Rumah kreatifitas para penyair yang alamiah akan tetap tersusun dari batu bata kata-kata.
Check it out !!!

Rabu, 01 Desember 2010

Catatan Buat Emak


Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia Jakarta, PT
Tgl Terbit : 1995
Halaman : 174 hal
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi (LxP) : 11 x 18 cm
Bahasa : Bahasa Indonesia
Kondisi Buku : Buku Bekas (Cukup)
Harga : Rp 20.000,-

Sudah Terjual


SINOPSIS : Di tangan Ahmad Tohari kehidupan desa adalah sebuah sungai yang tenang. Dalam arus yang diam itu justru tersimpan misteri dan teka- teki yang tak tampak dari permukaan: palung, bongkahan batu bahkan mungkin buaya air tawar yang ganas. Hampir semua cerita Tohari berlatar kehidupan desa yang seperti ini. Desa adalah sebuah lanskap yang kompleks dan ruwet sekaligus.

Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk merupakan puncak pencapaian sastra Tohari sejauh ini. Bercerita tentang Srintil dan Rasus, Ronggeng memotret sebuah masa ketika Indonesia memasuki zaman gelap politik 1965. Ini novel yang lengkap: konflik kejiwaan para tokoh yang beragam, huru-hara politik, hilangnya sebuah tradisi, terdesaknya kehidupan desa.

Novel pertama bercerita tentang kemunculan tokoh Srintil sebagai ronggeng yang sudah lama hilang dari Dukuh Paruk. Pedukuhan yang sepi itu pun kembali bergairah. Seorang ronggeng sudah lahir, karena memang ia tak bisa diciptakan. Srintil menjadi primadona yang menyelamatkan Dukuh Paruk dari kehilangan tradisi.

Karena disuguhkan dengan gaya dongeng, Tohari pun tak segan menyelipkan romantika Cinderella. Misalnya, ketika Srintil gundah akan menempuh upacara penyerahan keperawanan kepada seseorang yang memberi harga paling tinggi. Ia pun “selamat” karena liang daranya diserahkan kepada Rasus yang dicintai dan mencintainya. Setelah itu adalah hidup Srintil sebagai ronggeng dan pencarian Rasus menemukan ibu yang tak pernah dikenalnya.

Jilid kedua memasuki masa politik ketika seseorang bernama Bakar muncul di Dukuh Paruk. Tohari mencitrakan orang komunis ini dengan sangat tipikal: tak ada gairah syahwat, dingin, dan kepalanya dipenuhi oleh teori juga semangat merebut kembali hak-hak rakyat, sesuatu yang agak berbeda dibanding, misalnya, dalam tokoh-tokoh Sri Sumarah, Para Priyayi atau Bawuk dari Umar Kayam.

Bakar melarang tayub karena itu joged borjuis yang melemahkan revolusi. Kesenian ronggeng pun kehilangan ciri utamanya ketika disuguhkan hanya untuk memeriahkan rapat dan kampanyekampanye partai. Orang Dukuh Paruk pun bimbang seraya diamdiam menaruh harapan pada janji- janji yang digelorakan Bakar tentang “sama rata sama rasa.”

Keadaan berbalik. PKI gagal merebut kekuasaan. Orang Dukuh Paruk pun dituding sebagai antek-antek komunis. Lintang kemukus berpijar di angkasa menandakan sebuah malapetaka. Mereka diburu dan ditahan tanpa pengadilan atau dibantai. Tak terkecuali Srintil. Ia diborgol dan dimasukkan ke sel yang asing. Nasibnya berakhir tragis di rumah sakit jiwa. Rasus, sementara itu, bimbang karena ia kini datang ke kampungnya untuk menangkap saudara dan teman-temannya. Sebagai tentara ia harus menjalankan perintah. Tetapi cintanya kepada Srintil mengalahkan itu semua. Ia datang menolong dan mengeluarkan Srintil dari rumah sakit.

Ada ambiguitas Tohari yang sangat kentara. Ia ingin meluruskan sejarah bahwa benar telah terjadi pembantaian orang yang dicap PKI, sekaligus ia juga mengutuk PKI yang telah merampas kesenian masyarakat. Sebab, setelah 1965, seni tayub punah di seluruh Jawa.

Ronggeng merupakan kesenian yang menyebar hampir di seluruh Jawa dan Betawi dengan bentuk dan nama yang berlainan. Dalam Sejarah Jawa yang terkenal, Stamford Raffles yang berkuasa antara tahun 1811-1816, sudah menulis bahwa ronggeng merupakan kesenian yang sudah tumbuh berabad-abad di Jawa dan sangat populer di kalangan petani. Kesenian ini digelar untuk mensyukuri panen yang melimpah.

Fakta dan fiksi dalam cerita Tohari ini melebur dalam cerita. Bahwa tayub dimanfaatkan Lekra merebut dukungan rakyat memang pernah terjadi. Pembantaian orang yang dicap komunis sudah lama menjadi bahan penelitian para ahli. Tohari menyusupkan pengalaman batinnya sendiri ke dalam cerita itu. Hasilnya adalah sebuah novel yang kaya.
Check it out !!!

Penulis Ronggeng Dukuh Paruk

Lelaki kelahiran Tinggarjaya Banyumas 13 Juni 1948 ini telah melalangbuana dalam hal pekerjaan. Berbagai macam profesi telah digelutinya sejak muda. Namun akhirnya kembali juga ke kampung halamannya yang teduh di Tinggarjaya. Tenang dengan dunia tulis menulis.
Ijazah terakhirnya adalah sebuah SMA di Purwokerto dan kemudian bekerja di majalah Keluarga dan Amanah, pernah pula mencicipi menjadi karyawan sebuah bank milik pemerintah. Ia mengaku tidak betah tinggal di Jakarta yang sibuk berbeda jauh dengan suasana desa dan pilihannya kemudian adalah menetap di kampung halaman, mengurus sebuah pesantren dan tetap menulis.
Bersama istri tercinta yang seorang guru Sekolah Dasar telah dikaruniani tiga orang anak. Ketiganya kini telah mengenyam pendidikan tinggi yaitu satu di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan dua di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Menurut pengakuannya Ahmad Tohari menulis karya sastra karena mengejawantahkan kemarahan atau kegelisahannya terhadap para pemimpin yang belum juga membuktikan komitmennya kepada orang-orang kecil.  Menurutnya, para pemimpin negeri menganggap kepemimpinan itu suatu keberuntungan yang datang dari atas berupa wahyu, sehingga kekuasaannya ditafsirkan sebagai hak-hak istimewa yang dampaknya muncul sebagai korupsi.
Beliau pun sadar betul kalau dirinya tidak memiliki kekuatan yang besar untuk mengubah keadaan masyarakat. Maka disalurkannya kemarahan dan kegelisahannya itu ke dalam karya sastra dengan harapan bisa sedikit memberikan pencerahan bagi masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang penuh rahmat di bumi nusantara ini.
Karya-karya Ahmad Tohari sarat makna dengan pesan moral yang begitu mendalam. Novel pertamanya Di Kaki Bukit Cibalak mendobrak kesewenang-wenangan penguasa (dari tingkas desa sampai kabupaten) yang digambarkan hanya ABS (Asal Bapak Senang). Sikap ini menutupi kebobrokan yang sesungguhnya manakala ada salah seorang warga yang miskin sakit-sakitan tak mendapat bantuan apa-apa dari perangkat desa, sedang kepala desa sibuk mengutak-atik kekayaan koperasi desa untuk mengembalikan modal waktu pencalonannya dulu sebagai kepala desa. Karena munculnya seorang pemuda yang berani mendobrak birokrasi maka gegerlah desa hingga ke kantor kabupaten. Dan intrik pun berlaku untuk menyingkirkan pemuda yang dianggap membahayakan kedudukannya sebagai kepala desa.
Bahkan setidaknya ada lima novel yang dihasilkan oleh Ahmad Tohari yang mengangkat setting geger politik 1965. Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Kubah, dan Lingkar Tanah Lingkar Air.  Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk bercerita tentang seorang penari ronggeng yang karena ketidaktahuannya (kesederhaannya dimanfaatkan pihak lain) terseret ke dalam pertikaian politik, diklaim oleh pihak tertentu sebagai bagian dari komunis. Akibatnya kehidupannya sangat tidak normal bahkan di bagian endingnya si tokoh menjadi gila. Adapun pada Kubah Ahmad Tohari mengisahkan pertobatan mantan tahanan politik yang hendak kembali ke masyarakat, namun susah untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan yang lainnya, bukan karena penolakan kaum kerabat tapi beban mental yang dirasakannya karena pernah mengkhianati saudaranya sendiri. Maka seorang kyai memberikan jalan dengan memberikan kepercayaan membuat kubah masjid di desanya. Akhir yang membahagiakan.
Lain lagi ketika menyoroti pertikaian politik yang menjerumuskan tokoh-tokoh muslim dalam pemberontakan DI/TII. Ahmad Tohari membidik bahwa peperangan yang terjadi sebenarnya bukanlah keinginan para pelakunya untuk mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah yang sah, akan tetapi karena fitnah pihak lain yang diduga adalah komunis. Pihak komunis sengaja memanas-manasi pertikaian antara hizbullah dengan TNI yang berujung pada keterpeksaan beberapa orang itu disematkan kata pemberontak.
Perkembangan selanjutnya setelah masa revolusi terlewati dan masuk era orde baru, maka tulisan-tulisan Ahmad Tohari pun tetap kritis terhadap kondisi sosial masyarakat. Masalah korupsi yang menggurita saat itu tak luput dari kegeramannya hingga lahirlah novel sindiran dengan Judul Bekisar Merah yang berlanjut dengan Belantik (Bekisar merah 2). Keduanya bertutur tentang kesewenang-wenangan ekonomi. Karena memiliki kekuasaan dan harta yang lebih, bisa memperlakukan orang miskin semuanya saja.
Lebih tegas Ahmad Tohari dalam mengungkap perilaku korupsi adalah dalam novelnya Orang-orang Proyek. Novel ini benar-benar menelanjangi perilaku orang-orang yang terlibat dalam proyek, menggerogoti proyek hingga setiap proyek selalu terjadi mark up. Adanya tokoh yang mencoba mendobrak kebiasaan ini akhirnya terpental keluar dan memilih jalan di dunia pendidikan yang dengan harapan tak sebobrok di tempat yang lainnya.
Ahmad Tohari telah lega melunasi ketidakberdayaaan masa mudanya yang tak sempat menyelesaikan studinya di perguruan tinggi dengan menyekolahkan ketiga anaknya hingga sarjana.
Dalam kehariannya yang bertempat tinggal tak jauh dari jalan raya antara banyumas Cilacap memudahkan siapapun untuk bersilaturrahim. Ahmad Tohari lebih senang yang datang bertamu adalah anak muda dengan membawa bahan diskusi tentang sastra dan kehidupan, dari pada hangar binger politik. Hal yang sebenarnya agak aneh jika menengok tulisan-tulisannya sebagian besar mengulas tentang pergulatan politik. Bisa jadi beliau mengharapkan peran serta pemuda tak hanya secara teoritis yang mengkritisi kekuasaan dari segi kekuasan pula namun bagiaman mengkritisi dari segi para penulis, karena para penulis selalu menemukan caranya sendiir untuk mengkritisi kondisi social masyarakat di sekitarnya.
Sebagai penulis telah banyak prestasi yang telah diraih oleh Ahmad Tohari. Disamping berupa novel beliau juga menulis cerpen yang dikumpulkan dalam Senyum karyamin. Juga banyak menulis kolom di harian Suara Merdeka yang salah satunya dibukukan dengan judul Mas Mantri Menjenguk Tuhan. Tahun 1990 mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat, tahun 1995 menerima hadiah sastra Asean.
Ada ciri khusus jika membicarakan karya-karya Ahmad Tohari. Beliau sangat piawai menggambarkan cita rasa desa, hingga ke reluing-relungnya, sehingga bagi siapa saja yang membaca terutama novel-novelnya seolah merasakan langsung suasana yang dibangun dalam karya sastranya.
Hingga saat ini telah puluhan orang yang mengangkat karya-karya Ahmad Tohari ke dalam karya ilmiah baik untuk seminar maupun skripsi. Dan beberapa novelnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Jerman, Jepang dan Inggris.
Check it out !!!

Rangkuman Ronggeng Dukuh Paruk

 
Check it out !!!