Kamis, 28 April 2011

Tekniak Penuliasn Karya Tulis

I. Pendahuluan
1.1 Pengetahuan dan ilmu berkaitan dengan kepencintaalaman
Segala hal yang berkaitan dengan kepencintaalaman merupakan pengetahuan dan ilmu, tak terkecuali hal-hal yang telah menjadi kebiasaan.
Pengenalan dan pengembangan pengetahuan dan ilmu kepencintaalaman ini menggunakan metode ilmiah, yang memiliki dua pendekatan utama :
1. pendekatan rasional
pendekatan ini menggunakan pola berpikir deduktif, yaitu mengemukakan keterangan-keterangan berdasar teori/pendapat yang telah ditemukan sebelumnya (berdasarkan rujukan).
2. pendekatan empiris
pendekatan ini menggunakan pola berpikir induktif, yaitu mengemukakan fakta-fakta (berdasarkan hasil penelitian lapangan).
1.2 Karya tulis GPA
Untuk pelestarian pengetahuan dan ilmu kepencintaalaman, sehingga dapat digunakan oleh anggota GPA, organisasi pencinta alam lain dan masyarakat luas, disusunlah dokumentasi ilmu, yang lazim disebut dengan karya tulis GPA.
Jadi karya tulis GPA adalah dokumen tentang ilmu kepencintaalaman yang diperoleh melalui metode penelitian, baik secara rasional maupun empiris.
1.3 Peranan karya tulis GPA
Dari penelitian tentang pengetahuan dan ilmu kepencintaalaman ini dapat menghasilkan suatu penemuan yang sangat berharga jika disebarluaskan. Disini karya tulis GPA memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dan penyebarluasan yang efektif dan efisien.
1.4 Ciri-ciri karya tulis GPA
Jika dibandingkan dengan karya tulis ilmiah/karangan ilmiah lainnya, karya tulis GPA memiliki perbedaan sebagai berikut :
1. Materi yang dibahas adalah materi kepencintaalaman, konservasi lingkungan hidup dan materi-materi yang berhubungan dengan organisasi GPA
2. Permasalahan tidak terlalu luas, tetapi spesifik.
Sedangkan ciri-ciri lainnya sama dengan karya tulis ilmiah, yaitu :
1. Mendalam/tuntas
2. Objektif
3. Sistematis
4. Cermat
5. Lugas
6. Berlaku umum
7. Menggunakan bahasa baku, tepat, ringkas dan jelas
1.5 Tujuan penulisan karya tulis GPA
Tujuan penulisan karya tulis GPA ini adalah :
1. Anggota muda dapat berpikir secara sistematis
2. Anggota muda dapat menuangkan pokok-pokok pikirannya ke dalam suatu tulisan yang baku dan terstruktur
3. Anggota muda dapat mengerti dan menguasai proses penyusunan karya tulis
4. Anggota muda dapat mengerti dan menguasai isi karya tulis
II. Langkah-langkah Penyusunan Karya Tulis GPA
2.1 Memilih pokok bahasan (masalah)
1. Topik
Topik adalah sesuatu yang menjadi pokok bahasan, biasanya diungkapkan dalam kata/ kelompok kata benda atau yang dibendakan, misalnya “konservasi” atau “perhitungan kebutuhan kalori”.
2. Tema
Tema adalah topik yang telah terbatas dan jelas arahnya, atau topik yang sudah mengandung tujuan. Berikut adalah contoh pengembangan topik menjadi tema :
Topik : Perhitungan Kebutuhan Kalori
Tujuan pembahasan : Mencari cara yang tepat untuk menghitung kalori yang dibutuhkan
untuk atlet ekspedisi panjat tebing
Tema : Penghitungan Kalori yang Dibutuhkan Atlet Ekspedisi Panjat
Tebing Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
3. Tesis
Jika tema diungkapkan dalam bentuk kalimat maka disebut tesis
Contoh : Kebutuhan kalori yang dibutuhkan atlet ekspedisi panjat tebing berdasarkan
umur dan jenis kelamin didapatkan dari perhitungan.
4. Ungkapan maksud
Kadang-kadang tema diungkapkan agak terurai sehingga penggunaannya merupakan suatu paragraf. Bentuk tema ini disebut ungkapan maksud.
Contoh : Ekspedisi panjat tebing merupakan salah satu ekspedisi yang membutuhkan perencanaan matang. Persiapannya meliputi persiapan fisik, mental dan materi. Untuk mendukung persiapan fisik atlet ekspedisi, disusunlah suatu penghitungan kalori yang dibutuhkan atlet, yang bersumber dari makanan. Perhitungan kebutuhan kalori ini tergantung kepada jenis kelamin dan usia.
5. Judul
Tema dapat dinyatakan dalam bentuk kelompok kata, yang biasanya diangkat menjadi judul karangan. Tema pada contoh di atas merupakan kelompok kata dan dapat diangkat menjadi judul karangan.
Contoh : Penghitungan Kalori yang Dibutuhkan Atlet Ekspedisi Panjat Tebing
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
2.2 Menyusun Kerangka Organisasi Karya Tulis
Kerangka karangan adalah rencana karya tulis secara garis besar, baik organisasi maupun isinya. Fungsinya adalah untuk membantu penulis agar dapat mengungkapkan ide-idenya secara terinci dan sistematis baik menurut urutan maupun tingkatan idenya. Kerangka ini juga dapat berfungsi sebagai pedoman untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, baik dari pustaka, lapangan atau laboratorium.
Ada dua cara penyusunan kerangka karangan :
1. Cara langsung
Dengan cara ini, ide-ide utama yang akan dikemukakan dalam karya tulis langsung disusun menurut urutan dan tingkatannya pada bab-bab karya tulis
2. Cara bertingkat
Penyusunan kerangka dengan cara bertingkat melalui beberapa tahap :
(i) curah ide (brain storming) atau inventarisasi ide
Semua ide yang berkaitan dengan judul dan tujuan ditulis tanpa disaring dengan cermat
(ii) pengoreksian dan penyempurnaan ide
Ide-ide yang ada dikoreksi, dan dilengkapi jika ada yang perlu ditambahkan
(iii) pengelompokan ide
Ide-ide ini dikelompokkan menurut jenis dan tingkatannya, dan diusun menurut bab dan anak bab. Setiap bab dan anak bab diberi judul sesuai dengan jenis ide yang dikemukakan dalam bab dan anak bab tersebut.
III. KERANGKA KARYA TULIS DAN PENJELASANNYA
3.1 Contoh Kerangka Karya Tulis
Berikut adalah contoh kerangka karya tulis :
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah
1.2 Ruang Lingkup Kajian
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Cara Memperoleh Data
1.5 Sistematika Pembahasan
II. DESKRIPSI MASALAH (DATA MENURUT LITERATUR)
III. PEMBAHASAN/KOMENTAR PENULIS ATAS DATA YANG DIPEROLEH
IV. SIMPULAN DAN SARAN
3.2 Penjelasan Organ Karangan
3.2.1 Latar belakang dan rumusan masalah
Latar belakang masalah memuat keterangan-keterangan yang menyebabkan munculnya masalah, dan dapat dijelaskan pentingnya masalah tersebut dikemukakan.
Rumusan masalah adalah ungkapan yang dapat menegaskan apa yang menjadi inti persoalan. Biasanya rumusan masalah berupa kalimat-kalimat : apa, mengapa, bagaimana.
3.2.2 Ruang lingkup kajian
Yang dimaksud dengan ruang lingkup ialah segi-segi masalah yang akan dikaji untuk menjawab/memecahkan persoalan yang diajukan dalam rumusan masalah di atas.
3.2.3 Tujuan penulisan
Disini dikemukakan untuk apa penulis mengemukakan persoalan dan apa yang ingin dicapai penulis dalam membahas masalah tersebut. Tujuannya adalah tujuan objektif, sedangkan tujuan subjektif masuk ke dalam “Prakata” atau “Kata Pengantar”.
3.2.4 Cara Memperoleh Data
Pada bagian ini dicantumkan usaha-usaha penulis untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah yang sedang digarapnya, misalnya mengadakan wawancara, pengamatan, angket, percobaan, dan lain-lain.
3.2.5 Sistematika pembahasan
Pada bagian ini diterangkan bab I berisi pendahuluan, berupa …, bab II berisi …, bab III berisi …, dan seterusnya.
3.2.6 Deskripsi masalah dan tinjauan pustaka
Bagian ini memuat pemerian masalah : artinya memuat gambaran mengenai masalah berdasarkan data yang diperoleh, baik kualitatif maupun kuantitatif. Gambaran ini harus sesuai dengan kenyataan. Deskripsi berupa kumpulan data yang diperoleh dari rujukan-rujukan atau penelitian lapangan/laboratorium. Teori yang digunakan sebagai alat ukur pembahasan masalah diuraikan juga pada bagian ini.
3.2.7 Pembahasan
Di sini penulis mengemukakan komentar, pendapat atau penilaian mengenai segala sesuatu yang dideskripsikan tersebut. Arah pembahasan harus tertuju kepada terjawabnya persoalan yang diajukan dalam rumusan masalah.
3.2.8 Simpulan dan saran
Dalam bab terakhir ini penulis merangkum hasil-hasil pembahasan, dan menarik simpulan secara keseluruhan, yang merupakan jawaban atas persoalan yang dikemukakan dalam rumusan masalah.
Saran adalah pendapat penulis yang muncul sebagai konsekuensi/implikasi dari adanya simpulan tersebut. Biasanya penulis menganjurkan tindakan-tindakan selanjutnya setelah persoalan terjawab.
IV. MENYUSUN KERANGKA ISI KARYA TULIS
Kerangka isi adalah garis besar mengenai butir-butir yang akan dikemukakan dalam karya tulis. Garis besar ini biasanya meliputi latar belakang, rumusan masalah, pendekatan beserta lingkup kajiannya, dan cara mengumpulkan data.
V. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara :
1. membaca buku, laporan, koran, internet, dan sebagainya
2. melakukan penelitian lapangan, penelitian laboratorium, dan percobaan
3. melakukan wawancara
VI. KONVENSI NASKAH
6.1 Organisasi naskah karya tulis
Naskah karya tulis diorganisasikan sebagai berikut :
halaman judul
prakata/kata pengantar
sari/abstrak
Bagian Pelengkap Awal daftar isi
daftar tabel
daftar gambar
daftar lampiran
Bagian Utama Makalah bab pendahuluan
bab deskripsi masalah
bab pembahasan
bab simpulan dan saran
Bagian Utama Penelitian bab pendahuluan
bab tinjauan pustaka
bab pelaksanaan dan hasil penelitian
bab pembahasan hasil penelitian
bab simpulan dan saran
Bagian Pelengkap Akhir daftar pustaka
lampiran (apendiks)
indeks
riwayat hidup
Check it out !!!

Membuat Kerangka Karangan

Dalam setiap karangan biasanya terdiri atas tiga bagian struktur pokok atau kerangka karangan, yaitu :
1. Pendahuluan
Bagian pendahuluan adalah bagian yang menjelaskan tema yang akan diterangkan pada karya tulis tersebut secara padat, jelas dan ringkas kepada para pembaca.
2. Puncak / Klimaks
Bagian klimaks adalah bagian di mana konflik cerita yang terjadi di antara tokoh-tokoh muncul. Kejadian dalam konflik bisa bermacam-macam bentuknya mulai dari yang ringan sampai yang rumit, dari yang sekali hingga yang berkali-kali dan lain sebagainya.
3. Penyelesaian
Bagian Penyelesaian adalah bagian yang berisi jawaban penyelesaian dari konflik dalam cerita. Kesimpulan akhir cerita bisa berakhir bahagia dan bisa pula berkhir tragis.
----
Tambahan
- Membuat Karangan Karya Sastra yang Baik :
a. Jelas dan padat bahasanya serta gaya bahasa yang menarik.
b. Judul cerita yang menarik untuk menarik perhatiaan
c. Judul dengan isi tulisan harus sesuai dan nyambung
Check it out !!!

Meningkatkan Profesionalisme Guru Bahasa

Berbagai sinyalemen, dugaan, dan fakta menyatakan bahwa mutu pendidikan dan pembelajaran di Indonesia rendah, bahkan sangat rendah. Hasil survai Political and Economic Rick Consultancy (PERC) yang berpusat di Hongkong menunjukkan bahwa di antara 12 negara yang disurvai, sistem dan mutu pendidikan Indonesia menempati urutan 12 di bawah Vietnam (Tim BBE, 2001) Salah satu indikasi dapat dilihat dari nilai rata-rata UAN selama sepuluh tahun terakhir juga menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa Indonesia tergolong rendah. Kondisi objektif di lapangan memang menunjukkan tanda-tanda masih kurang atau rendahnya profesional, antara lain: (1) Masih banyak guru bahasa Indonesia yang bertugas di SD/MI maupun di SMP/MTs dan SMA/MA yang tidak berlatar pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya. 2) Masih banyak guru yang memiliki kompetensi keilmuan dan profesionalitas rendah dan memprihatinkan; (3) Masih banyak guru yang kurang terpacu dan termotivasi untuk memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri dan memuthakirkan pengetahuan mereka secara terus menerus- menerus dan berkelanjutan meskipun cukup banyak guru Indonesia yang sangat rajin mengikuti program pendidikan. (4) Masih banyak guru yang kurang terpacu, terdorong dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru. Para guru umumnya masih kurang mampu menulis karya ilmiah bidang pembelajaran, menemukan teknologi sederhana dan tepat guna bidang, membuat alat peraga pembelajaran, dan atau menciptakan karya seni. (5) Hanya sedikit guru Indonesia yang secara sungguh-sungguh, penuh kesadaran diri dan kontinu menjalin kesejawatan dan mengikuti pertemuan–pertemuan untuk mengembangkan profesi . Kelima hal di atas setidak-tidaknya merupakan bukti pendukung bahwa mutu profesionalitas guru di Indonesia masih rendah. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru bahasa Indonesia adalah dengan cara mengembangkan kecerdasan ganda yang telah dicetuskan Howard Gardner. Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan memecahkan persoalan dan menghasilkan produk baru dalam suatu latar yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (1983;1993). Suatu kemampuan dapat disebut intelegensi bila menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Salah satu tanda tingkah laku intelegensi manusia adalah kemampuan untuk menggunakan simbol dalam hidup Misalnya intelegensi linguistik dengan bahasa fonetik, intelegensi matematis-logis dengan bahasa komputer, intelegensi visual dengan bahasa ideografik, intelegensi kinestik-badani dengan bahasa tanda, intelegensi musikal dengan sistem notasi musik, intelegensi interpersonal dengan bahasa wajah dan isyarat, dan intelegensi intrapersonal dengan simbol diri. Hal itu sesuai dengan UU Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8 yang menyatakan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi akadmik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Parameter profesi bagi seorang guru yang sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 adalah guru wajib memiliki loyalitas dan dedikasi, kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, tanggung jawab, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat menjadi pendidik yang profesional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, guru perlu mengembangkan kecerdasan ganda sebagai bekal untuk mengabdikan diri dalam dunia pendidikan Secara ideal guru bahasa Indonesia adalah orang yang memiliki kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa baik secara lisan maupun secara tulis. Seorang guru disarankan harus dapat mengetahui semua latar belakang kecerdasan yang dimiliki anak didik, mengembangkan model mengajar dengan berbagai kecerdasan (bukan hanya dengan kecerdasan yang menonjol pada diri guru), dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang cocok dengan kecerdasan ganda. Agar dapat melaksanakan tugas-tugas di atas dengan baik dan profesional, guru bahasa Indonesia dapat melakukan pengembangan kecerdasan ganda, misalnya dengan melakukan aktivitas yang mencirikan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Aktivitas tersebut dapat memungkinkan setiap kecerdasan yang dimiliki guru dapat berkembang sehingga dalam pembelajaran semakin menarik dan penuh daya pesona bagi anak didik. Penguasaan berbagai metode pembelajaran dapat menempatkan guru bahasa Indonsia berfungsi sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pemba- haru, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pembawa cerita, pemindah kemah, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan kulminator sehingga anak didik dapat berhasil secara optimal (Mulyasa, 2005). Guru bahasa Indonesia yang ideal itulah, yang dapat menjalankan tugasnya membawa pan-dangan dan pikiran baru yang lebih komprehensif, akomodatif dan humanistis serta menyegarkan sekaligus menantang dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Check it out !!!

Guru Profesional

Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut...?

Guru Profesional
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.
Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
  • Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
  • Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
  • Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau  metodelogi pembelajaran
  • Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
  • Kemampuan mengorganisir dan problem solving
  • Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Personaliti Guru

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru)  otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge)  tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

Memposisikan profesi guru sebagai  The High Class Profesi

Di negeri ini sudah menjadi realitas umum  guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya,  mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau dera
Check it out !!!

Rabu, 27 April 2011

Makalah Telaah Buku Teks SMA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara definitif buku teks adalah sarana belajar yang digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran. (Buckingham, 1958 :1523). Dalam proses belajar mengajar di sekolah, buku teks dapat menjadi  pegangan guru dan siswa yaitu sebagai referensi utama atau menjadi buku suplemen/tambahan. Di dalam kegiatan belajar, siswa tak sebatas mencermati apa-apa saja yang diterangkan oleh guru. Siswa membutuhkan referensi atau acuan untuk menggali ilmu agar pemahaman siswa lebih luas sehingga kemampuannya dapat lebih dioptimalkan. Dengan adanya buku teks tersebut, siswa dituntun untuk berlatih, berpraktik, atau mencobakan teori-teori yang sudah dipelajari dari buku tersebut. Oleh karena itu, guru harus secara cerdas menentukan buku ajar karya siapa yang akan digunakan di dalam pembelajaran. Karena, pada saat guru tepat menentukan buku ajar terbaik, hal tersebut akan berpengaruh besar di dalam proses pembelajaran nantinya.
Saat ini, pemerintah telah memberikan suatu kebijakan berupa disediakannya buku sekolah elektronik (BSE). Siswa ataupun guru dapat mengunduh buku tersebut secara gratis. Pemerintah membeli buku-buku dari penulis buku ajar yang telah lolos seleksi standardisasi buku teks yang telah ditetapkan.
Buku ajar yang baik memiliki kriteria tertentu atau standar tertentu seperti tentang relevansinya dengan kurikulum yang sedang berlaku saat ini, kesesuaian metode dengan materi yang disampaikan, isi buku atau sudut keilmuannya yaitu apakah teori-teori yang digunakan di dalam penulisan buku ajar ini sudah sesuai atau belum, dsb. Oleh karena itu, perlu diadakannya analisis terhadap buku teks tersebut, dalam hal ini BSE apakah BSE tersebut telah benar-benar memenuhi kriteria buku teks yang baik.
Bab yang akan dianalisis dalam makalah ini ialah bab 9 dari buku “Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam dan Ilmu Sosial” yang ditulis oleh Euis Sulastri, Michiel Karatim, Florentina Sri Waluyani, dan Margaretha Suharti. Bab 9 tersebut mengangkat tema “diskusi”. Bab tersebut menarik untuk dikaji yaitu mengenai kesesuaiannya dengan buku teks yang ideal. Apakah bab 9 tersebut sudah pantas menjadi bagian dari bab-bab yang ada di buku ajar tersebut?
Untuk mengetahui materi-materi yang disajikan di bab tersebut memiliki kesesuaian keilmuan, kurikulum, dan memiliki kecocokan dengan kompetensi siswa, maka di bab selanjutnya akan dikaji lebih mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
1.   Bagaimana gambaran umum isi bab yang dianalisis?
2.   Bagaimana relevansi buku yang dianalisis dengan kurikulum?
3.   Bagaimana kesesuaian ilustrasi yang digunakan dengan materi yang ditulis?
4.   Bagaimana kesesuaiaan bahasa yang ditulis dengan pembaca sasaran?
5.   Apa saja kompetensi dasar di dalam bab tersebut dan bagaimana komposisi dalam mengembangkan empat aspek keterampilan berbahasa?
6.   Apa saja komponen lain sebagai penanda bahwa buku teks tersebut dapat dikatakan baik?
1.3 Tujuan
1.   Untuk mengidentifikasi materi yang terdapat di dalam buku dan relevansinya dengan kurikulum.
2.   Untuk mengidentifikasi kesesuaian ilustrasi yang digunakan dengan materi yang disampaikan.
3.   Untuk mengetahui kesesuaian bahasa yang digunakan penulis dengan pembaca sasaran yaitu kelas XI program Ilmu Alam dan Ilmu Sosial.
4.   Untuk mengetahui kompetensi dasar dan komposisi atau keberimbangan dalam mengembangkan empat aspek keterampilan berbahasa.
5.   Untuk mengetahui komponen-komponen lain sebagai penanda bahwa suatu buku teks dikatakan baik seperti  kejelasan konsep, menarik minat, menumbuhkan motivasi, dsb.
1.4 Manfaat
1.   Pembaca ataupun penyusun secara khusus dapat mengetahui kriteria-kriteria atau standar buku teks yang baik.
2.   Guru dapat memberikan referensi buku ajar yang tepat bagi siswa-siswanya.
3.   Bisa menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan buku teks yang berkualitas di penerbitan berikutnya.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah  ini ialah tinjauan pustaka. Buku acuan utama yang digunakan ialah buku “Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia” karya Prof. Dr. H.G Tarigan dan Drs. Djago Tarigan. Selain buku utama tersebut, penulis menggunakan bahan tambahan lain seperti buku sekolah elektronik (BSE), kurikulum, dsb.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penulisan
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN UMUM ISI BAB
2.1 Identitas Buku
2.2 Penulis Buku Teks
2.3 Sistematika Isi dan peta Konsep
2.4 Halaman
2.5 Aspek Keterampilan Berbahasa
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Buku Teks
3.2 Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia
3.3 Aspek Isi
3.3.1. Relevansi dengan kurikulum
3.3.2. Kejelasan Konsep
3.3.3. Aspek kebahasaan
3.3.4  Ilustrasi
BAB IVPENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
GAMBARAN UMUM ISI BAB “DISKUSI”

2.1 Identitas Buku
Berikut ini ialah gambaran singkat mengenai identitas buku yang salah satu babnya akan penulis analisis.
1.   Judul Buku            : Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
SMA/MA kelas XI Program Ilmu Alam dan Ilmu     Sosial
2.   Pengarang             : Euis Sulastri
Michiel Karatim
Florentina Sri Waluyani
Margaretha Suharti
3.   Cetakan                 : -
4.   Tahun Terbit          : 2008
5.   Penerbit                 : Pusat Perbukuan Departemen Penddidikan
Nasional
6.   Tempat Terbit        : Jakarta
7.   Ditujukan Kepada : Siswa SMA/MA Kelas XI program Ilmu Alam dan
Ilmu Sosial
2.2 Penulis Buku Teks
Bab dengan topik “Diskusi” ini merupakan bab ke sembilan dari buku Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA kelas XI Program Ilmu Alam dan Ilmu Sosial yang ditulis oleh Euis Sulastri, Michiel Karatim, Florentina Sri Waluyani, dan Margaretha Suharti. Buku ini merupakan buku sekolah elektronik (BSE) yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008. Di dalam buku sekolah elektronik yang penulis analisis ini, profile lengkap penulis tidak tersaji. Padahal data semacam daftar riwayat hidup atau riwayat pendidikan perlu untuk menunjang dalam penganalisisan buku teks ini. Yaitu utnuk mengetahui apakah penulis ialah orang yang memiliki kapabilitas dan pemahaman yang baik tentang dunia pendidikan, perbukuaan, dan penulisan buku-buku ajar.
2.3 Sistematika Isi dan Peta Konsep
Pada awal bab, pembaca akan disuguhi dengan ilustrasi mengenai topik bab tersebut yaitu “Diskusi”. Berkaitan dengan sistematika isi dan peta konsep, bab 9 ini terdiri atas judul bab, ilustrasi,  peta konsep, penjelasan materi, kolom-kolom tugas, rangkuman dan evaluasi. Peta konsep yang tersaji dalam BSE ini ditulis secara naratif yaitu mengenai topik bab secara keseluruhan.
Di dalam penulisan makalah ini pembaca khususnya peserta didik juga dibantu dengan adanya penjelasan materi yang diformat seperti tabel sehingga siswa dapat lebih mudah memahami. Tersedia pula lajur khusus di sebelah iri atau kanan berupa kolom khusus intruksi tugas individu atau kelompok. Sehingga, intruksi tugas lebih terkesan rapih dan tidak tercecer.
2.4 Halaman
Bab dengan topik “Diskusi” ini  terdiri dari sepuluh halaman. Halaman pertama terdiri atas topik bab, ilustrasi mengenai topik, dan peta konsep mengenai keseluruhan isi yang terdapat di dalam bab ini. Halaman-halaman berikutnya mengenai penjelasan materi. Selain penjelasan materi yang diformat secara naratif, ada juga penjelasan yang diformat berbentuk tabel sehingga lebih memudahkan siswa dalam memahami materi langkah kerja yang harus dilakukan. Selain itu, di lajur sebelah kiri atau kanan tersedia kolom-kolom yang berisi intruksi tugas individu atau kelompok. Dengan adanya kolom-kolom tersebut, tugas yang akan diintruksikan kepada siswa menjadi lebih rapi. Di dua halaman terakhir bab terdapat rangkuman dan evaluasi.
2.5 Aspek Keterampilan Berbahasa
Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, ada rempat aspek atau komponen yang tidak pernah hilang karena merupakan komponen pokok di dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan kurikulum sekarang dirancang untuk memaksimalkan keempat aspek tersebut agar dapat berkembang di setiap individu siswa.
Keempat aspek keterampilan berbahasa itu pun terdapat pada bab yang penulis analisis. Hal tersebut dapat dilihat di sub-sub materi yaitu menulis karangan ilmiah berupa laporan penelitian, memberi komentar dalam diskusi dan merangkum hasil diskusi, juga sub tentang Frasa yang merupakan aspek kebahasaan.. Pada sub materi “Menulis Karangan Ilmiah Berupa Laporan Penelitian” Aspek yang muncul ialah keterampilan menulis. Dalam subbab tersebut, siswa diarahkan agar mampu menulis, khususnya menulis karya ilmiah atau laporan penelitian. Di subbab ke dua yaitu “Memberi Komentar dalam Diskusi dan Merangkum Hasil Diskusi” ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang dominan muncul yaitu berbicara dan menulis. Berbicara yaitu pada saat berkomentar dalam diskusi, dan menulis pada saat merangkum hasil diskusi. Selain itu, ada aspek lainnya yang muncul yaitu menyimak. Merangkum hasil diskusi membutuhkan penyimakan yang baik terhadap apa-apa yang dibicarakan di dalam diskusi. Selanjutnya di subbab terakhir yaitu tentang Frasa, aspek yang muncul yaitu aspek kebahasaan.
Namun, sayangnya, di bab ini aspek keterampilain membaca seperti yang tertulis dalam kurikulum dengan standar kompetensi “memahami ragam wacana tulis dengan cepat, membaca intensif dan membaca ekstensif” tidak ada.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Buku Teks
Ada beberapa pengertian buku teks yang diungkapkan para ahli. Berikut ini beberapa pengertian yang terdapat dalam buku Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia.
Buku teks adalah rekaman pikiran rasional yang disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional (Hall_Quest, 1915).
Buku teks adalah buku standar/buku setiap cabang khusus studi” dan dapat terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok/utama dan suplemen/tambahan. (Lange, 1940).
“Buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi”. (Bacon, 1935).
“Buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran” dalam pengertian modern dan yang umum dipahami. (Buckingham, 1958 : 1523).
Dari beberapa definisi tersebut, di dalam buku Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia (Tarigan, 1986: 13) disimpulkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksud dan tujuan-tujuan intruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.
3.2 Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia
Membaca definisi-definisi yang diungkapkan para ahli, terlihat sekali pentingnya buku teks dalamembaca ngkapkan para ahlia Indonesiamacam analisis sebagai bahan evaluasi buku teks di edisi mendatang.elalu dievaluasi atau dk menunjang suatu pembelajaran. Sehingga, pembuatan buku teks harus dilakukan secara cermat.
Buku teks yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan seperti yang diungkapkan oleh Greene dan Petty dalam Tarigan (1986: 86) yaitu sudut pandang (point of view), kejelasan konsep, relevan dengan kurikulum, menarik minat, menumbuhkan motivasi, menstimuli aktivitas siswa, ilustratif, komunikatif, menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu.
Berdasarkan kriteria-kriteria buku teks yang baik tersebut, penulis melakukan penelaahan atau penganalisisan terhadap salah satu bab dari buku sekolah Elektronik yang ditulis oleh Euis Sulastri, dkk.
Bab yang penulis analisis bertema “Diskusi”. Di dalam bab tersebut terdiri atas beberapa kompetensi dasar yaitu menulis karya ilmiah berupa laporan penelitian, Memberikan komentar dalam diskusi, merangkum hasil diskusi, dan tentang frasa.
3.3 Aspek Isi
3.3.1. Relevansi dengan kurikulum
Penulisan buku teks tidak lepas dari kurikulum karena penulisan buku teks memang mengacu pada kurikulum. menurut Tarigan dalam Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia (1986: 66), “Keeratan hubungan buku teks dan kurikulum dapat diumpamakan, digambarkan atau dibandingkan dengan hubungan antara ikan dengan air, ikan dengan tebing, atau juga dapat disamakan dengan dua sisi mata uang, dua tetapi satu, satu tetapi dua”.
Berdasarkan relevansinya dengan kurikulum, bab yang penulis analisis nampak point-point standar kompetensi yang sesuai dengan kurikulum. Namun, ada pula yang tidak sesuai.
Berikut ini ialah poin-poin standar kompetensi yang di jadikan sub-sub materi di dalam bab yaitu:
1.   menulis karya ilmiah berupa laporan penelitian (Keterampilan menulis)
2.   memberi komentar dalam diskusi (berbicara)
3.   merangkum hasil diskusi (keterampilan mendengarkan)
4.   frasa (aspek kebahasaan)
Berikut ini akan coba dibandingkan tentang kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat di dalam buku dan kurikulum.  Namun, di dalam buku teks tidak ada rincian pasti mengenai apa yang menjadi standar kompetensi atau apa yang menjadi kompetensi dasar. Semuanya sudah dituliskan menjadi sub-sub materi. Sehingga, pada penjelasan selanjutnya yaitu membandingkan buku teks dan kurikulum, buku teks tidak memiliki rincian secara mendetail.
1. Aspek keterampilan mendengarkan
Mendengarkan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami informasi dari diskusi dan dialog Merangkum informasi dari berbagai sumber dalam suatu diskusi Membedakan informasi dan pendapat dari dialog
Di dalam buku teks standar kompetensi aspek keterampilan mendengarkan yang memiliki kesesuaian dengan buku teks yaitu “merangkum hasil diskusi”. Namun, sebenarnya kompetensi dasar yang tertulis di kurikulum yaitu merangkum informasi dari berbagai sumber dalam suatu diskusi. Ada sedikit perbedaan. Buku teks (di halaman 112) mengarahkan rangkuman diskusi lebih khusus yaitu berupa “notulen rapat”, sedangkan dalam kurikulum lebih umum, yaitu merangkum informasi dari berbagai sumber selama diskusi. Selain itu, di aspek keterampilan ini, ada kompetensi yang tertulis di kurikulum, namun di buku teks tidak, kompetensi dasar “membedakan informasi dan pendapat dari dialog”. Padahal, kompetensi dasar tersebut sangat penting sekali yaitu mengenai apakah suatu teori yang digunakan itu merupakan data yang valid berupa data atau informasi ataukah hanya berupa pendapat saja yang belum teruji kebenarannya.
2. Aspek Keterampilan Berbicara
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Berbicara Mengungkapkan pikiran, dan informasi melalui kegiatan presentasi hasil penelitian, berdiskusi/seminar, dan atau berdebat Melaporkan hasil penelitian secara lisan Mengajukan pertanyaan atau tanggapan dalam diskusi/seminar
Mengidentifikasi argumen dalam berdebat
Poin pertama kompetensi dasar yang tertulis di kurikulum tentang aspek kemampuan berbicara yaitu melaporkan hasil penelitian secara lisan, di bab yang penulis analisis tidak ada pemaparan secara langsung. Namun di halaman 111 di sana ada kolom tugas berupa tugas kelompok yaitu intruksi untuk mempresentasikan laporan penelitian.
Poin ke dua kompetensi dasar “mengajukan pertanyaan atau tanggapan dalam diskusi atau seminar”, di dalam bab yang penulis analisis hanya berupa “memberi komentar dalam diskusi” tidak ada “mengajukan pertanyaan di dalam diskusi”.
Poin ke tiga kompetensi dasar yaitu “mengidentifikasi argument dalam berdebat”, penulis tidak menemukan kompetensi tersebut di bab yang penulis analisis.
3. Aspek Keterampilan Membaca
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Membaca Memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat, membaca intensif dan ekstensif Menentukan isi atau intisari berbagai ragam teks bacaan dengan membaca cepat Merangkum isi berbagai ragam teks bacaan
dengan membaca intensif
Menceritakan kembali isi berbagai ragam teks bacaan dengan membaca ekstensif.
Aspek keterampilan membaca di dalam kurikulum memiliki beberapa poin seperti terlihat di atas. Namun, di bab BSE yang penulis analisis, nampaknya aspek keterampilan tersebut sama sekali tidak ada. Bab sembilan memang hanya sepuluh lembar. Pantas saja mengapa jumlah halaman di bab ini sedikit, ternyata memang karena ada kompetensi-kompetensi yang tidak dimasukkan oleh penulis buku.
4.   Aspek Keterampilan Menulis
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menulis Mengungkapkan informasi dalam bentuk ringkasan/rangkuman, notulen rapat, dan karya ilmiah Menyusun ringkasan isi artikel yang dimuat dalam media massa Menyusun rangkuman diskusi panel atau
seminar yang disaksikan melalui televisi atau secara langsung
Menulis notulen rapat sesuai dengan kriteria
Menyusun karya ilmiah berdasarkan kajian buku atau hasil penelitian sederhana
Di aspek ke tiga keterampilan berbahasa ini yaitu menulis, di dalam kurikulum nampak sekali beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Namun, saat melihat pada bab yang dianalisis hanya terdapat dua kompetensi dasar saja yaitu menulis notulen rapat sesuai dengan kriteria dan menyusun karya ilmiah berdasarkan kajian buku atau hasil penelitian sederhana. Nampak, ada dua kompetensi dasar yang tidak dimasukkan oleh penulis yaitu menyusun ringkasan isi artikel yang dimuat dalam media massa dan menyusun rangkuman diskusi panel atau seminar yang disaksikan melalui televisi. Sebetulnya di salah satu judul tertulis rangkuman diskusi. Namun, pada saat dibaca ternyata itu tentang notulen diskusi dan pemaparannya pun sangat singkat.
5. Aspek Kebahasaan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kebahasaan Memahami morfologi kata dalam kalimat

Mengidentifikasi kata berawalan dan kata berakhiran yang terdapat dalam teks Menganalisis kata berkonfiks yang terdapat
dalam teks
Mengelompokkan kata majemuk yang terdapat dalam teks
Mengenai aspek kebahasaan ini, terdapat tiga kompetensi dasar seperti yang terlihat di tabel. Namun, di dalam bab  yang dianalisis, aspek kebahasaan yang dimunculkan oleh penulis BSE ialah tentang frasa (halaman 112). Terlihat sekali ada ketidaksesuaian antara kurikulum dengan apa yang ditulis oleh penulis buku BSE.
3.3.2. Kejelasan Konsep
Menurut Tarigan dalam Telaah Buku Bahasa Indonesia (1986: 86) konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas, tandas. Keremang-remangan dan kesamaran perlu dihindari agar siswa atau pembaca juga jelas pengerian, pemahaman, dan penangkapannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsep adalah rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Melihat dua penjelasan tersebut, maka konsep-konsep yang terdapat di dalam buku teks memang harus jelas.
Di awal bab, penulis menuliskan tentang peta konsep. Namun, apa yang dituliskan hanya secara umum dan materi-materi yang disampaikan pun tidak secara mendalam.
Di dalam peta konsep yang dituliskan penulis di awal bab BSE,  penulis hanya memaparkan beberapa intruksi. Namun, ada poin yang di dalam peta konsep tidak ada tapi di dalam pemaparan materi itu ada yaitu pemaparan tentang frasa.
Selain itu, konsep-konsep di bab ini semakin tidak jelas karena tidak adanya standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator apa saja yang harus dicapai siswa.
Mengenai isi materi dan teori-teori yang digunakan, penulis pun nampak kurang begitu mendalam. Hal ini dapat dilihat pada saat penulis mendefinisikan “penelitian”. Menurut penulis, “penelitian adalah kegiatan mempelajari sesuatu dengan seksama, terutama untuk menemukan fakta-fakta baru atau informasi tentang sesuatu itu untuk menemukan teori-teori baru, premis-premis, dalil-dalil, atau kaidah-kaidah.”. Penjelasan tersebut nampak rumit sekali. Mungkin siswa akan merasa kebingungan pada saat membacanya. Dan, yang menjadi pertanyaan ialah landasan penelitian itu. Apakah penelitian semudah itu? Maka, seharusnya, penulis BSE perlu merujuk pada KBBI, menurut KBBI penelitian itu adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Nampak sekali bedanya pengertian yang diungkapkan penulis BSE dan pengertian yang terdapat di dalam kamus. Penulis buku seharusnya lebih cermat bahwasannya penelitian bukan hanya mempelajari sesuatu dengan seksama melainkan juga berupa kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis.
Selain itu, di bagian-bagian materi tertentu, penulis kurang secara gamblang memaparkan materi misalnya tentang materi “rangkuman diskusi” di halaman 112. Penulis hanya memaparkan secara singkat tentang pengertian rangkuman. Isi-isi yang terdapat di dalam rangkuman diskusi. Penulis tidak membeberkan definisi lebih dalam apa itu notulen diskusi atau apa itu notulis. Selain itu, penulis pun tak menjelaskan poin-poin yang berada di dalam format notulen. Hal ini bisa mengakibatkan siswa bingung bagaimana cara mengisinya. Penulis hanya menyediakan sebuah format isian notulen diskusi.
Selain itu yang perlu kita kaji ialah tentang tema bab ini yaitu “Diskusi”. Nampaknya judul ini terlalu khusus sekali. Padahal salah satu kriteria buku yang baik lainnya ialah menunjang mata pelajaran lain. Tentang hal lain, dapat kita bandingkan dengan buku teks terdahulu yang pernah ada yang mempunyai materi yang sama. Dapat kita lihat di buku Tika Hatikah (2003:1) ada judul yang lebih umum yaitu “Transportasi” sehingga pada saat pemaparan materi wawasan siswa menjadi lebih luas. Atau dapat kita juga melihat buku teks yang ditulis oleh Dawud (2004:57) yang mengambil topik “Nilai-nilai dalam Kehidupan Bermasyarakat”.
Kalaupun penulis BSE tersebut dengan sengaja mengkhususkan bab sembilan tersebut dengan tema “Diskusi”, maka seharusnya tema tersebut pun di buat lebih mendalam seperti mengenai teknik-teknik menyampaikan pendapat atau bertanya dalam diskusi, kata-kata apa saja yang hasrus diucapkan, bagaimana apabila kita tidak menyutujui suatu argumen apa yang harus dikatakan, dsb.
Begitupun pada saat ada materi tentang penulisan karya ilmiah atau laporan penelitian, seharusnya penulis BSE ini tidak hanya berkutat tentang teori-teori pendefinisian, tapi juga harus secara rinci menunjukkan baagaimana langkah penyusunan karya ilmia. Apalagi aspek keterampilan yang dibidik ialah menulis maka seharusnya penulis menunjukkan bagaimana contoh riil karya ilmiah itu seperti apa, format penulisannya bagaimana, dsb. Sebetulnya buku-buku terdahulu lebih baik dalam hal ini. Bisa dilihat contohnya di buku Berbahasa dan Sastra Indonesia yang ditulis oleh Tika Hatikah dan Mulyanis walaupun dulu kurikulum yang dipakai masih Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
3.3.3. Aspek kebahasaan
Bahasa yang digunakan oleh penulis BSE di bab sembilan ini sudah cukup baik dengan adanya kalimat-kalimat yang mudah dibaca siswa. Kalimatnya singkat-singkat. Dan penulis pun lebih “cair” dalam memperlakukan siswa. Hal ini dapat dilihat di peta konsep yang menggunakan kata sapaan “Kalian” dan bukan “Anda”. Dengan diksi seperti itu, sebetulnya sangat berpengaruh bagi siswa, misalnya siswa merasa menjadi lebih dilibatkan dalam buku tersebut. Dan, seolah tidak ada batas antara penulis buku dengan siswa. Yang menjadi persoalan ialah penulis nampak kurang matang dalam mengolah data atau bahan. Salah satunya ialah pada saat penulis mendefinisikan tentang “Penelitian” atau dalam memaparkan materi lainnya seperti “Rangkuman Diskusi”. Padahal penulis sudah memiliki gaya menulis yang bisa dicerna oleh siswa.
3.3.4 Ilustrasi
Menurut KBBI ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dsb; gambar, desain, atau diagram untuk penghias (halaman sampul dsb); (penjelasan) tambahan berupa contoh, bandingan, dsb untuk lebih memperjelas paparan (tulisan, dsb).
Walaupun sifatnya hanya berupa tambahan, llustrasi mempunyai peranan cukup penting di dalam buku teks. Seseorang tertarik membaca bisa saja dikarenakan gambar-gambar atau ilustrasi yang ada di dalam buku tersebut. Siswa menjadi lebih tertarik membaca dan termotivasi untu mengikuti intruksi-intruksi di dalam buku. Hal ini bisa dikaitkan dengan karakter buku teks yang baik lainnya yaitu menarik minat dan menumbuhkan motivasi.
Di dalam bab yang penuulis analisis yaitu bab sembilan tentang diskusi, ilustrasi tidak cukup banyak. Ilustrasi muncul di awal bab sebagai pengenalan pembuka topik, selanjutnya di halaman 111 yaitu gambar tentang peserta diskusi yang harus aktif mengemukakan  pendapat. Sebetulnya ilustrasi di halaman tersebut sama dengan salah satu ilustrasi di awal bab. Padahal, sebaiknya tim BSE mencari ilustrasi lainnya yang lebih variatif. Selain itu, ilustrasi juga ditemukan di halaman 112 yaitu tentang ilustrasi format notulen diskusi. Ada juga gambar-gambar penghias kolom-kolom tugas. Namun tak begitu banyak.
Untuk ilustrasi sebenarnya dapat dikatakan cukup karena dibantu juga dengan tata letak tulisan yang rapih sehingga membaca BSE ini tidak menjenuhkan mata yang membaca. lanjutnya di halaman 11 yaitu gambar tentang peserta diskusi harus aktif mengemukakan  pendapat. Sebetulnya ilusttrasi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan diperguruan tinggi untuk menunjang suatu program pembelajaran. Dalam proses pembelajaran inilah buku teks memiliki peran yang sangat penting sebagai referensi yang digunakan siswa untuk mengoptimalkan potensi-potensinya. Oleh karena itu, perlu adanya pemilihan buku teks yang baik mana yang akan digunakan di dalam pembelajaran.
Ada sebelas kriteria buku teks yang baik seperti yang diungkapkan oleh Greene dan Petty yaitu sudut pandangan (point of view), kejelasan konsep, relevan dengan kurikulum, menarik minat, menumbuhkan motivasi, menstimulasi aktivitas siswa, ilustratif, komunikatif, menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, dan memantapkan nilai-nilai.
Dalam penulisan buku teks bahasa Indonesia, ada empat aspek keterampilan yang tidak mungkin dilepas yaitu aspek keterampilan mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Di dalam penganalisisan bab, banyak sekali dtemukan kekurangan di antaranya ialah tidak adanya standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator apa saja yang harus dicapai oleh siswa, ketidaksesuaian topik yang ditulis di buku teks dengan kurikulum. Ada beberapa kompetensi dasar yang sebenarnya ada di kurikulum namun di buku teks tidak ada. Selain itu ada juga kompetensi yang diminta di kurikulum tentang kata berimbuhan sedangkan yang tersaji di buku ialah tentang frasa. Padahal, penulisan buku teks seharusnya memang relevan dengan kurikulum. Selain itu penulis buku BSE nampak kurang cermat dalam mencari definisi dan kurang matang dalam menyajikan bahan ajar atau teori. Sehingga teori-teori yang tersaji di buku nampak sangat kurang mendalam.
4.2 Saran
Berdasarkan pada kekurangan buku teks (khususnya BSE) yang ditemukan selama melakukan analisis, ada beberapa saran yang dapat diajukan.
1. Pelajari kriteria-kriteria buku teks yang baik.
2. Pada saat menulis buku teks, jadikan kurikulum terbaru sebagai pola, materi apa saja yang akan dimuat di dalam buku.
3. Pelajari dan pahami dengan baik standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum.
4. Tuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, juga indikator kedalam buku teks.
5. Persiapkan dengan matang bahan-bahan atau data yang akan dijadikan materi di dalam buku teks.
6. Dalam mendefinisikan sesuatu carilah referensi yang dapat dipercaya.
7. Gunakan gaya bahasa yang sesuai dengan sasaran pembaca.
8. Gunakan ilustrasi yang  mampu menarik minat siswa dan bisa memotivasi siswa.
9. Guru harus cerdas memilih buku teks yang baik manakah yang layak digunakan oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid 3 untuk SMA Kelas XII.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hatikah, Tika dan Mulyanis. 2003. Berbahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMU
Kelas II Semester 2. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Kosasih, E. 2008. Ketatabahasaan dan Kesusatraan. Bandung: CV. Yrama
Widya
Sulastri, Euis, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI
Program ilmu Alam dan Ilmu Sosial.
Tarigan, H.G. dan Djago Tarigan. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Tim Penyusun KBBI.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
http://www.bse.depdiknas.go.id
Sri Maryani, Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2007
Check it out !!!