B
agaimana pun Sastra dan seni pada umumnya tidak bisa dilepaskan dari persoalan politik. Sastra dan seni memiliki kontribusi dalam perkembangan kebangsaan suatu negara. Semisal Gerakan Romantisme yang merupakan sebuah gerakan seni, sastra dan intelektual yang berasal dari Eropa Barat abad ke-18 pada masa Revolusi Industri. Gerakan ini sebagian merupakan revolusi melawan norma-norma kebangsawanan, sosial dan politik dari periode Pencerahan dan reaksi terhadap rasionalisasi terhadap alam, dalam seni dan sastra. Gerakan ini mengangkat seni rakyat, alam dan kebiasaan, serta menganjurkan epistemologi yang didasarkan pada alam, termasuk aktivitas manusia yang dikondisikan oleh alam dalam bentuk bahasa, kebiasaan dan tradisi. Ia dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Pencerahan dan mengagungkan medievalisme serta unsur-unsur seni dan narasi yang dianggap berasal dari periode Pertengahan. Nama "romantik" sendiri berasal dari istilah "romans" yaitu narasi heroik prosa atau puitis yang berasal dari sastra Abad Pertengahan dan Romantik.
Ideologi dan kejadian-kejadian sekitar Revolusi Perancis dan Revolusi Industri dianggap telah mempengaruhi gerakan ini. Romantisisme mengagungkan keberhasilan-keberhasilan dari apa yang dianggapnya sebagai tokoh-tokoh heroik dan seniman-seniman yang keliru dipahami, dan yang telah mengubah, masyarakat. Ia juga mengesahkan imajinasi individu sebagai otoritas kritis yang memungkinkan kebebasan dari pemahaman klasik tentang bentuk dalam seni. Dalam penyampaian gagasan-gagasannya gerakan ini cenderung untuk kembali kepada apa yang dianggapnya sebagai keniscayaan sejarah dan alam.
Bicara mengenai perubahan, sastra mestinya berusaha menggambarkan realitas dalam karya dengan cara mempertanyakan persoalan-persoalan yang tidak selesai dalam ranah politis dan mencoba menawarkan jalan, meski tidak harus. Upaya-upaya semacam ini perlu karena sejarah kadangkala sangat dekat dengan kekuasaan. Untuk mendeteksi hal-hal yang luput atau sengaja dihilangkan oleh rezim adalah tugas sastrawan.
Gelagat ini menunjukkan bahwa sastra memiliki harapan besar pada generasi muda kita. Tapi generasi yang dimaksud mungkin masih memerlukan perdebatan dan pertanyaan, “Apakah mereka memang telah lahir?”