Senin, 14 Januari 2013

Membaca Intensif: Membedakan Fakta dan Opini Pada Tajuk Rencana atau Editorial

              Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Tarigan (1990:35) mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk membaca intensif ini adalah membaca dengan pemahaman.
           
            Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
Tajuk rencana mempunyai sifat :
  1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
  2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
  3. Memiliki karakter atau konsistensi yang teratur, kepada para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana.
  4. Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.
      Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.
            Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam Koran harian bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.
            Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya :
  1. Hati-hati
  2. Normatif
  3. Cenderung konservatif
  4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam.
  5. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi.
         Namun tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri tajuk rencana pers papan tengah adalah :
  1. Lebih berani
  2. Atraktif
  3. Progresif
  4. Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan “tembak langsung”
  5. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis
            Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers papan tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks itulah yang mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat dan sikap resmi dalam tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah konsekuensi logis pers modern sebagai industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan perbedaan yang dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga berlaku universal hampir di semua negara, yang memiliki latar belakang ideology serta kepentingan yang berbeda-beda.
            Pengertian fakta adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Sedangkan opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji.
Ciri-ciri fakta:
1.          Benar-benar terjadi
2.          Sifatnya objektif
3.          Waktu, tempat, dan tanggal peristiwa jelas.
4.          Diperkuat dengan angka-angka.
Contoh fakta: 
Produk Blackberry yang sekarang beredar di pasaran Indonesia adalah seri 8520 yang didistribusikan di Indonesia melalui operator seluler XL.
Pada hari Sabtu,  5 Juli 2008,  lima orang pembuat batik mendapat penghargaan dari pemerintah.
            Pendapat atau opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena bentuknya masih berupa pendapat.
Ciri-ciri opini:
  1. Belum terjadi (baru rencana)
  2. Berupa pendapat
  3. Bersifat  subjektif
  4. Keterangannya belum jelas.
Contoh Opini :
Penggunaan Blackbery secara intens ditengarai sebagai salah satu penyebab rusaknya rumah tangga untuk kasus yang parah. (Opini)
Batik buatan Ibu Rukmi sangat bagus dan halus.

2 komentar:

  1. Makasih bgt bro info nya, sangat bermanfaat buat anak saya. hehe
    Jangan Lupa mampir ke blog EXPO Lowongan Kerja Terbaru ane ya Lowongan Kerja BANK Terbaru

    BalasHapus